Analisis Saham PT Garuda Indonesia (GIAA): Tantangan, Restrukturisasi, dan Prospek ke Depan
Analisis Saham PT Garuda Indonesia (GIAA): Tantangan dan Restrukturisasi
PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) saat ini menghadapi tantangan besar dalam struktur keuangannya, terutama terkait utang tinggi, ekuitas negatif, dan risiko kebangkrutan. Dalam analisis ini, kita akan melihat bagaimana kondisi finansial GIAA berdasarkan neraca keuangan, profitabilitas, valuasi saham, serta prospek perusahaan dalam 2-3 tahun ke depan.
1. Neraca Keuangan GIAA: Likuiditas dan Utang
Likuiditas Perusahaan
- Cash (Quarter): Rp3,707 triliun
- Working Capital (Quarter): -Rp11,326 triliun
Analisis:
Kas yang tersedia masih sangat terbatas, sedangkan working capital negatif menunjukkan bahwa GIAA memiliki kewajiban jangka pendek lebih besar dibanding aset lancarnya, sehingga berisiko mengalami kesulitan likuiditas.
Struktur Utang dan Ekuitas
- Total Liabilities: Rp130,687 triliun
- Total Debt: Rp62,522 triliun
- Net Debt: Rp58,815 triliun
- Total Equity: -Rp23,171 triliun
Analisis:
- Utang sangat besar, terutama utang jangka panjang yang mencapai Rp57,1 triliun.
- Ekuitas negatif, menunjukkan bahwa aset tidak cukup untuk menutupi kewajiban.
- Perusahaan membutuhkan restrukturisasi utang agar dapat mengurangi beban keuangan.
2. Profitabilitas GIAA: Laba dan Margin
Earnings Yield dan EPS
- Earnings Yield (TTM) = -16.75%
- EPS (TTM) = -10.88
Analisis:
Saat ini, GIAA belum mampu mencetak keuntungan, sehingga investor tidak mendapatkan return dari laba perusahaan.
Efisiensi Operasional (EV/EBIT & EV/EBITDA)
- EV to EBIT (TTM) = 13.16 → Biaya operasional masih membebani profitabilitas.
- EV to EBITDA (TTM) = 4.39 → Masih ada potensi perbaikan jika efisiensi operasional ditingkatkan.
Analisis:
Jika GIAA mampu meningkatkan efisiensi operasional dan restrukturisasi utang, maka peluang untuk kembali mencetak laba bisa lebih besar dalam beberapa tahun ke depan.
3. Valuasi Saham GIAA: Apakah Masih Layak Investasi?
- Current P/E Ratio (TTM) = -5.97 → Perusahaan mengalami rugi sehingga valuasi negatif.
- Price to Book Value = -0.26 → Ekuitas negatif membuat nilai buku lebih rendah dari kewajibannya.
- Price to Sales (TTM) = 0.11 → Saham GIAA terlihat murah dibanding pendapatan, tetapi risiko keuangan masih tinggi.
Kesimpulan:
Saat ini, saham GIAA kurang menarik dari sisi valuasi, tetapi bisa menjadi opsi spekulatif bagi investor jika perusahaan berhasil melakukan restrukturisasi utang dan meningkatkan profitabilitas.
4. Prospek 2-3 Tahun ke Depan: Bisakah GIAA Kembali Mencetak Laba?
Risiko utama:
- Utang besar dan ekuitas negatif, yang bisa menghambat pemulihan keuangan.
- Tekanan industri penerbangan akibat fluktuasi ekonomi dan harga bahan bakar.
- Ketidakpastian restrukturisasi, yang menentukan masa depan perusahaan.
Potensi perbaikan:
- Restrukturisasi utang yang sukses bisa mengurangi beban keuangan.
- Efisiensi operasional dan peningkatan revenue dari strategi bisnis baru.
- Suntikan modal eksternal, seperti yang sedang direncanakan, dapat membantu stabilisasi keuangan.
Kesimpulan:
Dalam 2-3 tahun ke depan, GIAA perlu melakukan perubahan besar agar bisa kembali mencetak laba. Jika restrukturisasi berjalan sukses, maka perusahaan memiliki peluang untuk pulih, tetapi jika gagal, risiko kebangkrutan masih menjadi ancaman utama.
Catatan*Â Ini adalah analisa pribadi Emiten (GIAA) oleh Regular-investor.com (09 Juni 2025)
Discalimer : On > bukan ajakan membeli atau menjual.
Post Comment