PT Sreeya Sewu Indonesia (SIPD) Hadapi Tantangan 2024, Fokus Digitalisasi dan Diversifikasi

SIPD Hadapi Fluktuasi Harga dan Daya Beli, Strategi Diversifikasi Diterapkan

PT Sreeya Sewu Indonesia Tbk (SIPD) menghadapi berbagai tantangan sepanjang 2024, termasuk fluktuasi harga bahan baku impor dan pelemahan daya beli masyarakat. Dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan Buku 2024, Kamis (5/6/2025), manajemen SIPD mengungkap strategi yang telah disiapkan untuk menjaga keberlanjutan bisnis.

Direktur Utama SIPD, Sungkono Sadikin, menyatakan bahwa perusahaan telah menerapkan diversifikasi pasokan lokal serta strategi hedging terhadap nilai tukar rupiah untuk menjaga margin keuntungan tetap stabil.

“Perseroan menghadapi beberapa tantangan seperti fluktuasi harga bahan impor, nilai tukar rupiah, dan ketidakpastian harga komoditas,” ujar Sungkono.

Strategi Distribusi dan Komunikasi dengan Regulator

Penurunan daya beli masyarakat menjadi tantangan bagi sektor unggas dan pakan ternak. Untuk mengatasi hal ini, SIPD memperkuat strategi distribusi dan komunikasi dengan regulator guna memastikan stabilitas pasokan dan harga di pasar.

“Perubahan regulasi juga menjadi tantangan tersendiri. Kami berupaya terus membangun komunikasi konstruktif dengan para pemangku kebijakan,” tambah Sungkono.

Selain itu, fluktuasi permintaan musiman dan kompetisi harga yang semakin ketat diatasi dengan fleksibilitas produksi serta promosi berbasis musim.

Transformasi Digital: Smart Farm & Blockchain Halal

Di sisi operasional, SIPD mengadopsi digitalisasi dan teknologi terkini dengan menerapkan smart farm berbasis IoT serta sistem halal blockchain. Langkah ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas produk, sekaligus memperkuat daya saing di industri.

“Perseroan terus mengembangkan kapabilitas SDM dengan meningkatkan kompetensi karyawan dan kesejahteraan mitra peternak,” ungkap Sungkono.

Kinerja Keuangan SIPD 2024

Pada 2024, SIPD mencatatkan total penjualan bersih sebesar Rp5,36 triliun. Segmen pakan ternak menjadi penyumbang terbesar dengan Rp2,61 triliun atau 48,71% dari total penjualan.

Kontribusi pendapatan lainnya berasal dari:

  • Pembibitan dan peternakan ayam: Rp1,51 triliun (28,24%)
  • Ayam potong dan makanan beku: Rp1,24 triliun (23,06%)

Post Comment