REGULAR INVESTORS – Calon Gubernur nomor urut 03 dalam Pilkada DKI Jakarta, Pramono Anung, mengharapkan agar Pemilihan Gubernur Jakarta dapat dilaksanakan dalam satu putaran dengan perolehan suara minimal 50%+1.
Ia menilai bahwa pengalaman dari Pilkada Jakarta sebelumnya yang harus dilakukan dalam dua putaran telah menyebabkan ketegangan dan perpecahan di kalangan warga Jakarta.
“Saya berharap agar pemilihan ini hanya memerlukan satu putaran, karena jika sampai dua putaran, pasti akan muncul ketegangan. Dari pengalaman Pilgub sebelumnya, ketegangan tersebut telah membuat Jakarta terbelah pada saat itu,” ungkap Pramono pada Rabu (27/11/2024).
Pramono menyatakan bahwa Pilkada yang dilaksanakan dalam satu putaran akan mengembalikan kehidupan normal bagi warga Jakarta, sehingga mereka dapat hidup rukun, harmonis, dan saling bahu-membahu dalam membangun kota. Selain itu, Pilkada di daerah lain juga dilaksanakan dalam satu putaran.
Pramono berpendapat bahwa pelaksanaan Pilkada satu putaran dapat terwujud jika aparat negara bersikap netral dalam kontestasi politik di ibu kota.
“Saya berharap kepada KPU, Bawaslu, atau pihak mana pun yang terlibat dalam proses pemilihan gubernur Jakarta untuk menjaga demokrasi dengan sebaik-baiknya. Semoga tidak ada yang tercemar atau ternodai dalam bentuk apa pun, karena memilih pemimpin berarti memilih sosok, dan jika proses awal tidak berjalan dengan baik, maka hasil di masa depan juga akan kurang baik,” ungkap Pramono.
Pramono mengharapkan agar seluruh masyarakat Jakarta memanfaatkan hak pilih mereka dalam Pilkada Jakarta. Ia mengajak warga untuk memilih pemimpin yang dianggap mampu membangun Jakarta dalam lima tahun ke depan.
Diketahui bahwa Pramono telah menyalurkan hak suaranya bersama istri dan anaknya di TPS 046, Cipete Selatan, Cilandak, Jakarta Selatan.
Selama masa kampanye, Pramono dan pasangannya Rano Karno menawarkan kebijakan yang seakan mengintegrasikan semua program kerja gubernur DKI Jakarta sebelumnya.
Dukungan terhadap pasangan ini juga datang dari Gubernur DKI Jakarta yang menjabat pada periode 1997—2007, Sutiyoso; Gubernur DKI Jakarta 2007—2012, Fauzi Bowo atau Foke; Gubernur DKI Jakarta 2014—2017, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok; serta Gubernur DKI Jakarta 2017—2022, Anies Baswedan.
Strategi kampanye yang diterapkan terbukti efektif, terlihat dari peningkatan dukungan untuk Pramono-Rano. Pasangan calon yang sebelumnya kurang dikenal ini berhasil melampaui elektabilitas pasangan calon dari koalisi besar KIM Plus, Ridwan Kamil-Suswono.
Meskipun demikian, perjalanan Pramono-Rano tidak akan berjalan tanpa rintangan. Sebagai ibu kota, Pilkada DKI Jakarta memiliki regulasi yang berbeda dibandingkan dengan pemilihan di daerah lain. Pasangan calon hanya akan dinyatakan sebagai pemenang jika mereka memperoleh lebih dari 50%+1 suara pada saat pemungutan suara.
Berdasarkan beberapa lembaga survei, tingkat elektabilitas Pramono-Rano masih bersaing ketat dengan Ridwan-Suswono, berada di kisaran 35% hingga 40%. Ini menunjukkan bahwa keduanya berpotensi untuk bertemu dalam putaran kedua Pilkada DKI Jakarta.