Dilusi Saham Garuda Indonesia: Risiko Jangka Pendek, Potensi Rebound Jangka Panjang

Dampak Dilusi Saham Garuda Indonesia terhadap Investor Publik

Garuda Indonesia (GIAA) akan menerbitkan 407,90 miliar saham baru melalui skema Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD) dengan harga Rp75 per saham. Akibatnya, porsi kepemilikan publik terdilusi dari 27,46% menjadi hanya 5,03%, sementara Danantara Asset Management menjadi pemegang mayoritas dengan 93,5%.

Dilusi ini menimbulkan beberapa dampak negatif bagi investor publik:

  • Penurunan hak suara dan pengaruh terhadap keputusan korporasi
  • Potensi tekanan harga saham jika pasar menilai harga penerbitan terlalu murah
  • Risiko sentimen negatif, karena perusahaan dinilai “diselamatkan” oleh pemegang mayoritas, bukan tumbuh secara organik

Namun, dilusi bukan selalu buruk. Mari kita lihat sisi fundamentalnya.

Perbaikan Struktur Keuangan Garuda Indonesia

Dana hasil PMTHMETD sebesar Rp30,592 triliun akan digunakan secara produktif:

  • 29% untuk modal kerja dan operasional
  • 37% untuk memperkuat anak usaha strategis, Citilink
  • 22% untuk ekspansi armada
  • 12% untuk membayar utang bahan bakar ke Pertamina (2019–2021)

Konversi Shareholder Loan (SHL) senilai Rp6,56 triliun menjadi ekuitas juga mengurangi beban bunga dan risiko gagal bayar, memperkuat solvabilitas perusahaan.

Simulasi Kapitalisasi Pasar dan EPS Pasca Dilusi

KomponenSebelum PMTHMETDSetelah PMTHMETD
Saham Beredar91,48 miliar499,38 miliar
Market Cap (Rp75/saham)Rp8,050 triliunRp37,454 triliun
EPS (Net Income Rp237 miliar)Rp(2.59)Rp(0.47)
PE Ratio-28.96-159.57

Dilusi menyebabkan EPS turun drastis, dan PE Ratio menjadi sangat negatif. Namun ini bersifat sementara, karena injeksi modal akan memperbaiki kinerja keuangan dan membuka peluang profitabilitas di kuartal berikutnya.

Valuasi Fundamental: Sebelum vs. Setelah PMTHMETD

IndikatorSebelumSetelah
EkuitasRp(23,779 triliun)Rp6,813 triliun
Price to Book-0.34x0.55x
Current Ratio0.44x1.53x
Net DebtRp59,742 triliunTurun drastis

Perubahan ini menunjukkan pemulihan likuiditas dan solvabilitas, serta peningkatan valuasi fundamental yang mulai masuk zona positif.

Kesimpulan Strategis: Dilusi sebagai Rehabilitasi Finansial

Dilusi memang mengurangi porsi kepemilikan publik, namun digunakan untuk restrukturisasi total Garuda Indonesia. Dengan Price to Sales hanya 0.15x dan EV/EBITDA 4.60x, saham GIAA menjadi menarik bagi value investor.

Jika Garuda berhasil mencetak laba kembali, PE Ratio akan normal, dan saham berpotensi re-rate ke level IHSG median PE (9x–12x).

Post Comment