Penurunan IHSG Setelah Keputusan The Fed
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan setelah keputusan The Fed untuk mempertahankan suku bunga di kisaran 4,25%-4,50%. Pertanyaannya, bagaimana prospek IHSG di tengah situasi suku bunga yang stabil ini?
Menurut data dari Refinitiv, pada sesi pertama perdagangan hari ini, IHSG tercatat di angka 7.068,57, mengalami penurunan sebesar 1,36% dibandingkan dengan penutupan sebelumnya. Pada pukul 15.08 WIB, IHSG melanjutkan penurunan dengan angka 1,20%.
Analisis Penurunan IHSG
Analis dari MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, menjelaskan bahwa penurunan IHSG hari ini terjadi seiring dengan keputusan The Fed yang mempertahankan suku bunga acuannya di level 4,5% dan sikap hawkish yang ditunjukkan oleh The Fed untuk masa mendatang.
Selain itu, penurunan IHSG juga diperkirakan dipengaruhi oleh fluktuasi nilai tukar Rupiah yang masih mengalami koreksi. Beberapa emiten besar seperti BBCA, BBRI, BREN, PANI, dan AMMN juga mengalami penurunan.
“Dari sudut pandang teknikal, kami memperkirakan masih ada kemungkinan IHSG untuk menguji level 7010-7035, dengan support di 6931 dan resist di 7190,” jelas Herditya yang dikutip dari CNBC Indonesia, Kamis, (30/1/2025).
Prospek IHSG di Akhir Tahun
MNC Sekuritas tetap optimis bahwa IHSG dapat mencapai target akhir tahun dengan skenario bearish di harga Rp7.250, skenario dasar di Rp8.200, dan skenario bullish di Rp8.600.
Baca Juga : Harga Emas Naik di Tengah Kekhawatiran Tarif Impor AS
Sementara itu, M. Nafan Aji Gusta, Senior Analyst Investment Information dari Mirae Asset Sekuritas, menyatakan bahwa keputusan The Fed untuk tidak menurunkan suku bunga berkaitan dengan kenaikan harga dan kondisi ketenagakerjaan yang berdampak pada tekanan inflasi dalam tiga bulan terakhir.
Faktor Ekonomi yang Mempengaruhi IHSG
Inflasi tercatat meningkat mendekati 3% dari 2,4% pada bulan September 2024. Setelah The Fed melakukan pelonggaran moneter sebelumnya. Selain itu, kebijakan ekonomi yang diusung oleh Trump, termasuk pajak impor dalam konteks perang dagang yang dapat berdampak pada konsumen, diperkirakan akan menambah tekanan inflasi. Hal ini membuat The Fed semakin mengurangi kebutuhan untuk memangkas suku bunga. Ketidakpastian yang ditimbulkan oleh agenda ekonomi Trump juga terlihat dari fluktuasi di pasar obligasi.
Di sisi lain, penghentian sementara pemangkasan suku bunga terjadi ketika Presiden AS Donald Trump mendesak Ketua Fed Jerome Powell untuk melanjutkan pemangkasan suku bunga demi mendorong pertumbuhan ekonomi AS. Tindakan ini menimbulkan kekhawatiran akan terulangnya ketegangan antara Gedung Putih dan The Fed. Hal ini menjadi ciri khas masa jabatan pertama Trump.
“Kami menargetkan IHSG 2025 sebesar Rp8.000,” ungkap Nafan.
Keputusan The Fed dan Dampaknya
Sebagaimana diketahui, Bank Sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed), mulai menahan laju pemangkasan suku bunga dengan mempertahankan The Fed Fund Rate (FFR) di kisaran 4,25-4,50% pada Rabu.
Kesimpulan
Keputusan The Fed untuk mempertahankan suku bunga di kisaran 4,25%-4,50% berdampak pada penurunan IHSG. Meskipun demikian, prospek IHSG di akhir tahun masih optimis dengan target yang bervariasi tergantung pada skenario ekonomi. Investor perlu memantau perkembangan kebijakan The Fed dan faktor ekonomi lainnya untuk mengambil keputusan yang tepat.