Penghentian Aliran Gas dari Rusia ke Eropa
Aliran gas dari Rusia ke sejumlah negara Eropa yang melewati pipa Urengoy-Pomary-Uzhgorod dihentikan pada Hari Tahun Baru, Rabu. Penghentian ini terjadi karena Ukraina menolak untuk melakukan renegosiasi kesepakatan transit di tengah konflik dengan Moskow.
Perusahaan energi Rusia, Gazprom, mengumumkan bahwa pasokan gas ke Eropa melalui pipa tersebut dihentikan pada pukul 8 pagi waktu setempat pada hari Rabu, setelah Naftogaz, perusahaan minyak dan gas milik negara Ukraina, menolak untuk memperpanjang kesepakatan transit yang telah berlangsung selama lima tahun. Menteri Energi Ukraina, German Galushchenko, menyatakan dalam sebuah pernyataan bahwa keputusan ini akan berdampak negatif pada ekonomi Rusia, namun ia meyakinkan bahwa langkah tersebut telah didukung oleh Eropa.
“Kami telah menghentikan transit gas dari Rusia. Ini adalah momen bersejarah. Rusia kehilangan pasarnya dan akan mengalami kerugian finansial. Eropa telah memutuskan untuk meninggalkan gas Rusia,” ujarnya, seperti yang dilaporkan oleh Al-Jazeera dan RT, Jumat (3/1/2025).
Sebelumnya, gas yang dialirkan melalui pipa Urengoy-Pomary-Uzhgorod berasal dari Siberia dan melewati Sudzha, sebuah kota di wilayah Kursk Rusia yang kini berada di bawah kendali militer Ukraina. Gas tersebut kemudian mengalir melalui Ukraina menuju Slovakia, dengan pipa tersebut bercabang ke Republik Ceko dan Austria.
Kontrak terbaru ditandatangani pada tahun 2020, di mana Ukraina menerima pembayaran untuk biaya transportasi. Namun, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah mengingatkan bahwa Kyiv tidak akan memperpanjang perjanjian transit di tengah konflik yang masih berlangsung.
Penurunan Ketergantungan Eropa pada Gas Rusia
Sejak serangan Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, banyak negara Eropa mulai mengurangi ketergantungan mereka terhadap gas Rusia. Pada puncaknya, kontribusi Rusia terhadap impor gas Eropa mencapai 35%, tetapi kini telah menurun menjadi sekitar 8%. Uni Eropa bahkan menerima kurang dari 14 miliar meter kubik (bcm) gas dari Rusia melalui Ukraina per 1 Desember, angka yang jauh berkurang dari 65 bcm per tahun saat kontrak dimulai pada 2020.
Austria mendapatkan sebagian besar gasnya dari Rusia melalui pipa Urengoy-Pomary-Uzhgorod yang melintasi Ukraina. Namun, regulator energi Austria, E-Control, menyatakan bahwa mereka siap untuk beralih ke sumber pasokan lain dan tidak akan mengalami gangguan.
Dampak Penghentian Aliran Gas di Eropa
Perdana Menteri Slovakia, Robert Fico, menyatakan pada hari Rabu bahwa penghentian pasokan melalui pipa tersebut akan merugikan negara Eropa Timur itu ratusan juta dolar dalam pendapatan transit dan akan meningkatkan biaya untuk impor gas lainnya. Slovakia mengandalkan sekitar 3 miliar meter kubik gas dari rute ini setiap tahunnya, yang mencakup sekitar dua pertiga dari total permintaannya. Fico menegaskan bahwa situasi ini akan menyebabkan lonjakan harga gas di seluruh Eropa. Kementerian Ekonomi Slovakia mengungkapkan bahwa negara tersebut harus menanggung biaya sebesar 177 juta euro (sekitar Rp 2,8 triliun) untuk mendapatkan gas melalui jalur alternatif.
Negara yang paling rentan berikutnya adalah Moldova. Sejak 2022, Rusia mengirim sekitar 2 miliar meter kubik gas melalui Ukraina ke Moldova setiap tahunnya. Gas tersebut dikirim melalui wilayah Moldova yang pro-Rusia, Transnistria, sebelum akhirnya mencapai negara tersebut. Transnistria telah menyatakan kemerdekaannya sejak 1990, namun belum diakui oleh komunitas internasional.
Chisinau telah mengumumkan keadaan darurat akibat kekurangan gas yang diperkirakan akan terjadi. Presiden Moldova, Maia Sandu, menyalahkan Gazprom karena tidak mempertimbangkan rute alternatif, dan menyatakan bahwa musim dingin di Moldova tahun ini akan ‘sulit’ tanpa pasokan gas dari Rusia.
Alternatif Jalur Pasokan Gas Rusia ke Eropa
Meskipun pipa Urengoy-Pomary-Uzhgorod telah ditutup, masih terdapat jalur lain yang memungkinkan Eropa untuk mendapatkan gas dari Rusia. Diketahui bahwa Moskow juga mengekspor gas ke Eropa melalui jalur laut dalam bentuk gas alam cair (LNG). Selain itu, terdapat jalur pipa TurkStream yang terletak di dasar Laut Hitam untuk menyalurkan gas. Jaringan pipa ini memiliki dua jalur, satu untuk memasok gas ke pasar domestik di Turki dan yang lainnya untuk pelanggan di Eropa Tengah, termasuk Hungaria dan Serbia. Namun, TurkStream memiliki kapasitas tahunan yang terbatas, yaitu sebesar 31,5 bcm untuk kedua jalur tersebut secara keseluruhan.
Eropa telah berusaha untuk mengurangi ketergantungan pada gas dari Rusia. Salah satu langkah yang diambil adalah dengan membeli gas alam cair (LNG) dari Qatar dan Amerika Serikat, serta mengandalkan pasokan gas pipa dari Norwegia.
“Infrastruktur gas di Eropa cukup adaptif untuk mendistribusikan gas non-Rusia ke wilayah Eropa Tengah dan Timur melalui jalur alternatif. Sejak tahun 2022, infrastruktur ini telah diperkuat dengan penambahan kapasitas impor LNG yang signifikan,” ungkap Anna-Kaisa Itkonen, juru bicara Komisi Eropa.
Sebagai salah satu penyedia energi utama di Slovakia, SPP menyatakan pada hari Rabu bahwa mereka siap untuk melakukan transisi ini dan akan memenuhi kebutuhan pelanggan melalui jalur alternatif, terutama dari Jerman dan Hongaria. Namun, mereka juga mengingatkan bahwa akan ada biaya tambahan terkait dengan proses transit tersebut.
Berdasarkan informasi dari regulator energi Austria, E-Control, Slovakia dapat menerima pasokan gas dari Hongaria, Austria, serta sisa pasokan dari Republik Ceko dan Polandia. Republik Ceko juga menyatakan kesiapannya untuk menyediakan kapasitas transit dan penyimpanan gas bagi Slovakia.
Perusahaan energi Transnistria, Energocom, mengeluarkan pernyataan yang menyebutkan bahwa Moldova dapat memenuhi 38% dari kebutuhan energinya melalui produksi domestik, termasuk 10% dari sumber energi terbarukan. Energocom juga menambahkan bahwa Transnistria akan mengimpor 62% sisanya dari Rumania.
Jerman Mengingatkan Warga & Industri untuk Mengurangi Penggunaan Gas
Badan Jaringan Federal, sebagai regulator energi di Jerman, telah mengimbau kepada masyarakat dan sektor bisnis untuk menghemat penggunaan gas demi mencegah terjadinya kekurangan pasokan. Peringatan ini muncul bersamaan dengan penghentian pasokan gas dari Rusia melalui Ukraina.
Analisis yang dilakukan oleh badan tersebut menunjukkan bahwa konsumsi gas di Jerman mengalami peningkatan yang signifikan pada musim ini dibandingkan dengan tahun lalu. Mereka melaporkan bahwa total konsumsi gas di Jerman meningkat sebesar 5,8% dari Oktober hingga Desember 2024 jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, dengan total penggunaan mencapai 246 terawatt-jam (TWh).
Menurut laporan yang dirilis oleh media Die Welt, sektor industri mengalami kenaikan konsumsi sebesar 9,1% dibandingkan tahun 2023. Sementara itu, peningkatan pada rumah tangga dan bisnis tercatat lebih moderat, yaitu sebesar 1,9%.
Badan tersebut mengaitkan peningkatan konsumsi gas dengan kondisi cuaca yang lebih dingin. Namun, Klaus Muller, kepala regulator energi, menekankan bahwa dengan adanya tren ini, konsumen sebaiknya lebih bijak dalam menggunakan gas untuk menghindari potensi kekurangan dan lonjakan harga di masa mendatang.
“Penghematan gas tetap sangat penting dan dapat membantu meringankan beban keuangan Anda,” ujarnya.
Ia membantah bahwa pasokan gas negara tersebut dalam bahaya. Fasilitas penyimpanan masih terisi 80%. Namun, ia menekankan pentingnya untuk memastikan bahwa dalam tiga bulan ke depan, situasi akan membaik.
“Ini menunjukkan bahwa kita siap menghadapi tiga bulan ke depan… sejauh ini, kita telah melewati paruh pertama musim dingin dengan baik,” tambahnya.
Dalam konteks pemanas, gas alam tetap menjadi sumber energi utama di Jerman. Sekitar setengah dari semua apartemen dan rumah keluarga tunggal di seluruh negeri menggunakan gas untuk pemanas.
Sebelum meningkatnya konflik di Ukraina pada tahun 2022, Jerman sangat bergantung pada Rusia untuk lebih dari setengah kebutuhan gasnya. Pengiriman gas berkurang secara signifikan setelah Uni Eropa memberlakukan sanksi terhadap Moskow, sementara jaringan pipa Nord Stream yang mengalirkan gas Rusia langsung ke Jerman mengalami kerusakan akibat ledakan di dasar Laut Baltik pada September 2022.