BI Rate Diproyeksi Tetap di 4,75% pada RDG November 2025, Ruang Pemangkasan Masih Terbuka

RDG November: BI Rate Diperkirakan Tetap

Bank Indonesia (BI) mulai menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) edisi November hari ini, dengan hasil termasuk keputusan suku bunga acuan BI Rate akan diumumkan esok hari.

Berdasarkan konsensus pasar yang dihimpun Bloomberg dari 32 analis/ekonom hingga Selasa (18/11/2025), median proyeksi BI Rate berada di 4,75%, artinya kemungkinan besar BI akan menahan suku bunga acuan.

Konsensus Pasar: BI Ambil Posisi Hold

Tamara Mast Henderson dari Bloomberg Intelligence memperkirakan BI akan tetap mengambil posisi hold, sambil menunggu transmisi pelonggaran moneter yang sudah dilakukan.

Sebagai catatan, BI Rate telah turun 125 basis poin (bps) sepanjang tahun ini, menyentuh titik terendah sejak 2022.

“Langkah BI mempertahankan suku bunga acuan bulan lalu juga meredakan kecemasan pasar perihal independensi bank sentral,” ujar Henderson.

Stabilitas Rupiah Jadi Pertimbangan

Sejak RDG Oktober, rupiah melemah 0,9% terhadap dolar AS, menjadikannya mata uang terlemah di Asia Tenggara.

Untuk menjaga stabilitas rupiah, BI perlu meredam capital outflow. Data per 14 November menunjukkan kepemilikan asing di Surat Berharga Negara (SBN) turun menjadi Rp807,07 triliun, dari Rp878,21 triliun di awal bulan.

Perbedaan imbal hasil dengan obligasi pemerintah AS yang relatif rendah juga menekan rupiah, sehingga cadangan devisa ikut menurun meski masih di level memadai.

Ketidakpastian Global Membatasi Ruang Penurunan

Ekonom PT Bank Permata Tbk (BNLI), Faisal Rachman, juga memperkirakan BI Rate akan tetap di 4,75% pada RDG November.

“BI akan cenderung menahan BI Rate di tengah ketidakpastian global yang masih cukup tinggi,” tegas Faisal.

Meski demikian, Faisal melihat ruang penurunan suku bunga masih terbuka:

  • RDG pamungkas 2025: kemungkinan pemangkasan 25 bps menjadi 4,5%
  • 2026: ruang pemangkasan lebih terbatas, diproyeksi hanya 50 bps

Faktor Global dan Kebijakan Domestik Jadi Penentu

Faisal menekankan bahwa arah kebijakan BI akan bergantung pada:

  • Perkembangan inflasi dan nilai tukar rupiah
  • Aliran capital inflow
  • Stance Federal Reserve (The Fed) terkait pemotongan suku bunga AS

Selain itu, kebijakan pro-pertumbuhan ekonomi pemerintahan Presiden Prabowo Subianto bisa menimbulkan konsekuensi pelebaran twin deficit (defisit transaksi berjalan dan defisit APBN).

“Untuk menjaga interest rate differential tetap positif, ruang penurunan BI Rate menjadi terbatas. Apalagi pemotongan BI Rate sudah sangat agresif tahun ini dibandingkan The Fed,” jelas Faisal.

Outlook: BI Rate Tetap, Pemangkasan Bertahap

Dengan ketidakpastian global, pelemahan rupiah, dan risiko twin deficit, BI diperkirakan akan menahan BI Rate di 4,75% pada RDG November 2025.

Namun, ruang pemangkasan suku bunga masih terbuka secara bertahap, dengan fokus menjaga stabilitas ekonomi nasional sekaligus mendukung pertumbuhan.

Post Comment