PMI Manufaktur Indonesia Turun ke 46,9 di Juni 2025, Tekanan Global dan Lemahnya Konsumsi Jadi Tantangan

PMI Manufaktur Indonesia Juni 2025 Turun ke 46,9, Sinyal Tekanan Masih Berlanjut

Sektor manufaktur Indonesia kembali menunjukkan pelemahan pada Juni 2025. Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia tercatat turun menjadi 46,9, dari posisi 47,4 pada Mei 2025. Ini merupakan bulan ketiga berturut-turut sektor manufaktur berada di zona kontraksi (di bawah 50), mencerminkan melemahnya permintaan baik dari pasar global maupun domestik.

Permintaan Melemah, Pesanan Baru Menyusut Tajam

Menurut laporan riset Samuel Sekuritas, kontraksi PMI kali ini disebabkan oleh:

  • Penyusutan pesanan baru dalam skala paling tajam sejak Agustus 2021
  • Penurunan output yang masih berlanjut, meski sedikit lebih moderat dibandingkan bulan sebelumnya
  • Penyesuaian kapasitas produksi oleh perusahaan, yang berdampak pada penurunan jumlah tenaga kerja dengan laju tercepat dalam hampir empat tahun terakhir

“Pemulihan permintaan global yang belum merata dan konsumsi domestik yang belum menunjukkan perbaikan signifikan menjadi hambatan utama,” tulis Samuel Sekuritas, Jumat (4/7/2025).

Sinyal Positif: Ekspor Stabil dan Rantai Pasokan Membaik

Meski tekanan masih tinggi, terdapat beberapa indikator positif yang patut dicermati:

  • Penjualan ekspor stabil pada Juni 2025 setelah dua bulan sebelumnya mengalami kontraksi, menandakan permintaan eksternal mulai menemukan titik dasar
  • Waktu pengiriman dari pemasok membaik, menunjukkan stabilisasi rantai pasokan dan berkurangnya tekanan terhadap input bahan baku

Inflasi Input Turun, Tapi Sentimen Bisnis Melemah

Dari sisi biaya produksi:

  • Inflasi input turun ke level terendah sejak Oktober 2020, memberikan sedikit ruang bagi produsen untuk menyesuaikan strategi harga
  • Namun, pelemahan nilai tukar rupiah tetap menjadi tantangan dalam menjaga efisiensi biaya

Sementara itu, sentimen bisnis di kalangan pelaku industri tercatat berada di level terendah dalam delapan bulan terakhir. Hal ini dipicu oleh:

  • Ketidakpastian global
  • Fluktuasi harga komoditas
  • Kebijakan proteksionisme seperti tarif tambahan dari Presiden AS Donald Trump
  • Ketegangan geopolitik yang belum mereda

Rekomendasi: Percepatan Stimulus dan Hilirisasi Industri

Melihat kondisi yang ada, Samuel Sekuritas menilai bahwa pemerintah perlu segera mengambil langkah strategis untuk menopang sektor manufaktur, antara lain:

  • Percepatan belanja infrastruktur
  • Pemberian stimulus fiskal yang terarah
  • Penguatan hilirisasi industri melalui inisiatif seperti program Danantara

Kesimpulan

PMI Manufaktur Indonesia yang turun ke 46,9 pada Juni 2025 menandakan bahwa sektor industri masih berada dalam tekanan. Namun, stabilnya ekspor dan membaiknya rantai pasokan memberikan harapan akan pemulihan bertahap. Dukungan kebijakan dari pemerintah menjadi kunci untuk menjaga momentum industri dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional di tengah ketidakpastian global.

Post Comment