Neraca Perdagangan Indonesia Surplus USD160 Juta pada April 2025, Turun Drastis dari Maret
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus sebesar USD160 juta pada April 2025, jauh lebih rendah dibandingkan Maret 2025 yang mencapai USD4,33 miliar. Meski surplus mengalami penurunan signifikan, Indonesia tetap mempertahankan tren positifnya dengan surplus berturut-turut selama 60 bulan sejak Mei 2020.
Faktor Pendukung Surplus Neraca Perdagangan
Surplus perdagangan Indonesia masih didorong oleh komoditas non-migas, yang mencatatkan surplus USD1,51 miliar. Adapun beberapa komoditas utama penyumbang surplus, di antaranya:
- Bahan bakar mineral (HS27)
- Lemak dan minyak hewani atau nabati (HS15)
- Besi dan baja (HS72)
Secara total, nilai ekspor Indonesia mencapai USD20,74 miliar pada April 2025, mengalami pertumbuhan 5,76% year-on-year (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun 2024.
Sedangkan nilai impor tercatat USD590 juta, naik 21,84% yoy dibandingkan April tahun lalu.
Surplus Kumulatif Januari-April 2025
Secara kumulatif, neraca perdagangan Indonesia dari Januari hingga April 2025 mencatat surplus USD11,07 miliar, meningkat USD950 juta dibandingkan periode yang sama tahun 2024.
- Surplus komoditas non-migas: USD17,26 miliar
- Defisit neraca perdagangan migas: USD6,19 miliar
Negara Penyumbang Surplus dan Defisit Terbesar
Berikut negara-negara yang memberikan surplus terbesar bagi Indonesia:
- Amerika Serikat (AS): USD5,44 miliar
- India: USD3,98 miliar
- Filipina: USD2,92 miliar
Sementara negara penyumbang defisit terbesar dalam perdagangan Indonesia adalah:
- Tiongkok: Defisit USD6,28 miliar
- Singapura: Defisit USD2,41 miliar
- Australia: Defisit USD1,75 miliar
Secara lebih spesifik, komoditas utama penyumbang surplus di masing-masing negara adalah:
- Amerika Serikat (USD6,42 miliar): Mesin dan perlengkapan elektrik, alas kaki, pakaian dan aksesoris rajutan.
- India (USD4,00 miliar): Bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewani/nabati, besi dan baja.
- Filipina (USD2,92 miliar): Kendaraan dan bagiannya, bahan bakar mineral, serta lemak dan minyak hewani/nabati.
Sementara negara penyumbang defisit terbesar, yakni:
- Tiongkok (USD6,90 miliar): Mesin dan peralatan mekanis, mesin dan perlengkapan elektrik, serta kendaraan dan bagiannya.
- Australia (USD1,57 miliar): Bahan bakar mineral, serealia, logam mulia, dan perhiasan.
- Hong Kong (USD0,48 miliar): Logam mulia dan perhiasan, kain rajutan, serta instrumen optik dan medis.
Kesimpulan
Meskipun neraca perdagangan Indonesia pada April 2025 mengalami surplus USD160 juta, angka ini mengalami penurunan signifikan dibandingkan Maret 2025. Namun, secara kumulatif, tren surplus tetap positif dengan USD11,07 miliar dari Januari-April 2025.
Ke depan, strategi ekspor dan pengelolaan impor menjadi faktor penting dalam menjaga stabilitas neraca perdagangan. Indonesia perlu fokus pada peningkatan ekspor ke negara dengan surplus tinggi, serta melakukan optimasi perdagangan dengan negara penyumbang defisit guna menyeimbangkan neraca dagang nasional.
Post Comment