
The Bank Indonesia headquarters in Jakarta, Indonesia, on Thursday, Nov. 23, 2023. Indonesia’s central bank is expected to keep its benchmark interest rate steady, while staying on guard against external volatility that could reverse the rupiah’s recent gains. Photographer: Rosa Panggabean/Bloomberg
Indonesia dan China Sepakat Tinggalkan Dolar AS
Jumat, 7 Februari 2025 – Bank Indonesia (BI) dan Bank Sentral China (PBOC) telah memperbarui perjanjian bilateral pertukaran mata uang lokal atau Bilateral Currency Swap Arrangement (BCSA) untuk jangka waktu 5 tahun ke depan. Perjanjian ini ditandatangani oleh Gubernur BI, Perry Warjiyo, dan Gubernur PBOC, Pan Gongsheng, dan mulai berlaku sejak 31 Januari 2025.
Detail Perjanjian BCSA
Perjanjian BCSA memungkinkan pertukaran mata uang lokal antara kedua bank sentral hingga mencapai nilai 400 miliar yuan atau setara dengan Rp 891 triliun (sekitar 55 miliar dollar AS). Tujuan utama dari perjanjian ini adalah untuk mendorong perdagangan bilateral dan investasi langsung dalam mata uang lokal, serta menjaga stabilitas pasar keuangan. Kerja sama ini merupakan bagian dari upaya BI dalam mendukung kebijakan ekonomi nasional, khususnya menjaga ketahanan sektor eksternal melalui upaya pemenuhan kecukupan cadangan devisa. Selain itu, perjanjian ini juga melengkapi kerja sama penyelesaian transaksi berbasis mata uang lokal yang sudah berjalan sejak 2021.
Dampak dan Harapan
Dengan adanya perjanjian ini, diharapkan kedua negara dapat mengurangi ketergantungan pada dolar AS dan memperkuat posisi ekonomi mereka di pasar global. Bank Indonesia telah memperbarui perjanjian bilateral pertukaran mata uang, yang dikenal sebagai Bilateral Currency Swap Arrangement (BCSA), untuk periode lima tahun ke depan dengan bank sentral China, People’s Bank of China (PBOC). Kerja sama ini memungkinkan pertukaran mata uang lokal antara kedua bank sentral dengan nilai setara US$ 55 miliar.
Penandatanganan dan Pernyataan Resmi
Perjanjian ini ditandatangani oleh Gubernur BI, Perry Warjiyo, dan Gubernur PBOC, Pan Gongsheng, dan akan mulai berlaku pada 31 Januari 2025. Pembaruan ini merupakan kelanjutan dari kerja sama yang dimulai pada tahun 2009 dan telah diperbarui beberapa kali. Ramdan Denny Prakoso, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, menjelaskan dalam pernyataan resminya bahwa perjanjian BCSA ini melengkapi kerja sama dalam penyelesaian transaksi berbasis mata uang lokal yang telah berjalan sejak 2021. Saat ini, skema ini menjadi metode utama dalam penyelesaian transaksi perdagangan dan investasi menggunakan mata uang masing-masing negara, bukan dalam dolar Amerika Serikat.
Strategi dan Ketahanan Ekonomi
“Kerja sama ini juga merupakan bagian dari strategi kebijakan BI untuk mendukung Asta Cita, terutama dalam menjaga ketahanan sektor eksternal melalui upaya pemenuhan cadangan devisa yang cukup,” ungkap Denny dalam keterangan resminya yang dirilis pada Jumat (7/2/2025). Bank Indonesia menilai pembaruan perjanjian BCSA dengan PBOC mencerminkan pentingnya kerja sama internasional. “Ini merupakan bagian dari strategi kebijakan yang mendukung kebijakan utama di bidang moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran, serta berkontribusi pada pengembangan transaksi berbasis mata uang lokal antara kedua negara,” tuturnya.