Bank Dunia baru-baru ini mengeluarkan peringatan serius bagi negara-negara berkembang untuk mempersiapkan diri menghadapi tantangan ekonomi global yang semakin kompleks di masa mendatang. Dalam laporan “Global Economic Prospects” yang dirilis pada 17 Januari 2025, Bank Dunia mengungkapkan bahwa prospek pertumbuhan jangka panjang bagi negara-negara berkembang berada pada titik terendah sejak awal abad ini. Laporan ini menjadi pengingat penting bagi para pembuat kebijakan untuk segera bertindak menghadapi situasi global yang penuh ketidakpastian.
Pertumbuhan Global yang Melambat
Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global akan stagnan di angka 2,7% pada tahun 2025 dan 2026. Angka ini konsisten dengan proyeksi sebelumnya yang dirilis pada bulan Juni 2024. Meski stabil, tingkat pertumbuhan ini masih berada di bawah rata-rata 3,1% sebelum pandemi COVID-19. Pertumbuhan yang rendah ini menciptakan tantangan ekonomi tambahan, terutama bagi negara-negara miskin yang tengah berjuang untuk mengejar ketertinggalan dari negara-negara maju. Untuk negara-negara berkembang, prospek ini menegaskan perlunya strategi baru guna meningkatkan daya saing ekonomi.
Tantangan bagi Negara Berkembang
Negara-negara berkembang menghadapi berbagai tantangan ekonomi signifikan, mulai dari investasi yang lemah hingga stagnasi produktivitas. Selain itu, populasi yang menua, krisis lingkungan, serta pergeseran kebijakan perdagangan menambah daftar masalah yang perlu diatasi. Bank Dunia mencatat bahwa peningkatan ketegangan geopolitik juga berperan besar dalam memperlambat pemulihan ekonomi global. Konflik di berbagai kawasan, termasuk di Timur Tengah, mengganggu rantai pasokan internasional dan menciptakan ketidakpastian pasar.
Presiden Bank Dunia, Ajay Banga, menegaskan bahwa ketegangan geopolitik merupakan salah satu ancaman terbesar bagi stabilitas ekonomi dunia. Dalam situasi seperti ini, negara-negara berkembang perlu berkolaborasi secara global untuk memastikan bahwa dampak dari tantangan ekonomi global tidak semakin memperburuk kesenjangan yang ada.
Dampak Langsung pada Kemiskinan
Laporan tersebut juga menyoroti risiko kemiskinan ekstrem yang semakin mengkhawatirkan. Pada akhir tahun 2025, diperkirakan satu dari empat negara berkembang akan menjadi lebih miskin dibandingkan sebelum pandemi COVID-19. Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan pendapatan per kapita di negara-negara berkembang hanya akan mencapai rata-rata 3% pada 2026. Angka ini jauh di bawah rata-rata 3,8% pada dekade sebelum pandemi.
Langkah-Langkah yang Perlu Diambil
Indermit Gill, Kepala Ekonom Bank Dunia, mengungkapkan bahwa tanpa kebijakan yang lebih baik, prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang bagi negara berkembang akan terus melemah. Gill menegaskan bahwa diperlukan upaya kolaboratif untuk mengatasi tantangan ekonomi ini, termasuk dengan meningkatkan investasi, mengadopsi teknologi baru, dan mengimplementasikan kebijakan yang mendukung pertumbuhan inklusif dan berkelanjutan.
Negara-negara berkembang berada di persimpangan kritis. Mereka harus mengambil langkah proaktif untuk memastikan keberlanjutan ekonomi di masa depan. Dukungan dari institusi internasional, seperti Bank Dunia, serta kerja sama global sangat penting untuk menghadapi tantangan ekonomi ini.
Kesimpulan
Negara berkembang menghadapi masa depan yang penuh tantangan. Ketegangan geopolitik, pertumbuhan ekonomi yang melambat, dan meningkatnya risiko kemiskinan menjadi hambatan utama yang perlu segera diatasi. Dengan strategi yang tepat dan kerja sama internasional yang kuat, tantangan ekonomi global ini dapat dikelola untuk menciptakan pertumbuhan yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
Sumber: Bisnis.com. Finance.detik.com