REGULAR INVESTORS – Sektor energi mengalami penurunan yang signifikan pada sesi pertama perdagangan hari ini, Kamis (28/11/2024), dengan penurunan mencapai 2,72 persen.
Menurut riset dari Panin Sekuritas, penurunan ini dipicu oleh penurunan tajam pada saham ADRO.
Saham PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) mengalami penurunan sebesar 24,80 persen, mencapai batas auto rejection bawah (ARB) 25 persen, dengan harga Rp2.760 per saham.
Penurunan saham perusahaan tambang batu bara yang dimiliki oleh Garibaldi Thohir, atau yang lebih dikenal sebagai Boy Thohir, sebagian disebabkan oleh sentimen terkait ex date dividen.
ADRO akan mendistribusikan dividen tunai final dengan total nilai mencapai USD2,6 miliar atau setara dengan Rp41,7 triliun.
Dividen ini diperkirakan bernilai sekitar Rp1.359 per saham, berdasarkan asumsi kurs Rp15.888 per USD.
Menurut riset dari Panin Sekuritas, “Penurunan harga saham ADRO terjadi bersamaan dengan tanggal ex dividen, serta adanya aksi jual dari investor setelah peralihan fokus bisnis batu bara ADRO ke anak perusahaan AADI (Adaro Andalan Indonesia).”
Sebagaimana diketahui, para pemegang saham telah menyetujui perubahan nama PT Adaro Energy Indonesia Tbk menjadi PT Alamtri Resources Indonesia Tbk.
Manajemen menjelaskan bahwa perubahan nama merupakan salah satu langkah ADRO dalam memperkenalkan identitas baru sebagai perusahaan induk yang akan lebih fokus pada bisnis berkelanjutan dan pengembangan proyek-proyek yang ramah lingkungan.
Beberapa pilar dari bisnis berkelanjutan ADRO mencakup Adaro Minerals dan Adaro Green.
“Langkah ini diambil setelah pemisahan pilar bisnis pertambangan batu bara termal beserta beberapa bisnis pendukungnya, melalui pelaksanaan PUPS,” kata manajemen.
Chart ADRO by TradingView
Data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan bahwa hingga penutupan pada pukul 16.10 WIB, saham ADRO mengalami penurunan sebesar 24,80 persen, mendekati batas auto rejection bawah (ARB) sebesar 25 persen, dengan harga mencapai Rp2.760 per saham.
Total nilai transaksi tercatat mencapai Rp27,4 miliar. Di sisi lain, antrean jual di ask/offer mencapai 14,1 juta lot pada harga ARB, yang setara dengan Rp3,89 triliun.
Penurunan signifikan saham ADRO hingga mencapai ARB sebesar 25 persen mencerminkan reaksi pasar terhadap periode ex-date dividen, yang biasanya diikuti oleh penurunan harga saham.
Lebih lanjut, antrean jual yang hampir mencapai Rp4 triliun menunjukkan adanya tekanan jual yang sangat besar, kemungkinan disebabkan oleh investor yang ingin merealisasikan keuntungan dari dividen spesial jumbo senilai USD2,6 miliar.
Spin-off ini juga bertepatan dengan pelantikan AAI, yang akan menggunakan ticker saham AADI, pada awal bulan Desember mendatang.
Sejalan dengan itu, ADRO akan membagikan dividen spesial dengan nilai besar kepada para pemegang saham, yang dapat digunakan untuk menebus porsi saham AADI setelah pelaksanaan penawaran saham perdana (IPO).
Sebelumnya, dalam RUPSLB, pemegang saham telah menyetujui usulan dividen dengan total nilai USD2,6 miliar atau setara dengan Rp41,7 triliun, berdasarkan kurs Jisdor BI sebesar Rp15.888 per USD.