REGULAR INVESTORS – Saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) menarik perhatian investor setelah adanya koreksi pasar yang membuat valuasinya menjadi lebih menarik.
Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), harga saham BBRI tercatat di level Rp4.400 per saham pada penutupan Selasa (26/11/2024), mengalami penurunan sebesar 8 persen dalam sebulan terakhir dan turun 23 persen sejak awal tahun 2024 (YtD).
Pada harga tersebut, saham BBRI diperdagangkan dengan valuasi price-to-book value (P/BV) sebesar 1,8 kali berdasarkan estimasi kinerja untuk tahun fiskal 2025.
Valuasi ini menunjukkan potensi kenaikan hingga 30 persen menuju target harga baru sebesar Rp5.700 per saham yang telah disesuaikan oleh RHB Sekuritas.
Lebih lanjut, riset yang diterbitkan oleh RHB Sekuritas pada Kamis (28/11/2024) menunjukkan bahwa prospek dividen dengan imbal hasil (yield) 8 persen untuk tahun 2025 semakin menambah daya tarik bagi bank milik negara ini.
Laporan dari RHB Sekuritas juga mencatat bahwa kinerja BBRI selama 10 bulan pertama tahun 2024 masih lebih baik dibandingkan dengan tren historis, didukung oleh pertumbuhan laba operasional sebelum pencadangan/provisi (pre-provision operating profit/PPOP) yang kuat, likuiditas yang stabil, serta peningkatan rasio dana murah (CASA).
Chart BBRI by TradingView
Laba bersih bank BBRI pada bulan Oktober mengalami penurunan sebesar 25,9 persen secara bulanan, menjadi Rp4,1 triliun. Penurunan ini disebabkan oleh meningkatnya biaya operasional dan provisi. Meskipun demikian, laba kumulatif selama 10 bulan di tahun 2024 mencapai Rp45,7 triliun, yang menunjukkan pertumbuhan tahunan sebesar 5,3 persen (YoY) dan setara dengan 74 persen dari proyeksi laba tahunan untuk grup.
RHB telah menyesuaikan proyeksi laba BBRI untuk tahun fiskal 2025 dan 2026, masing-masing mengalami penurunan sebesar 3 persen.
Penyesuaian ini mencerminkan peningkatan biaya kredit serta perlambatan dalam pertumbuhan pinjaman yang diperkirakan akan terjadi pada periode tersebut.
RHB Sekuritas juga menurunkan estimasi pertumbuhan kredit untuk tahun 2025-2026 dari 10 persen menjadi 7 persen dan 8 persen, dengan penekanan pada selektivitas dalam penyaluran kredit guna menjaga kualitas aset.
Biaya kredit telah dinaikkan menjadi 3,25 persen untuk tahun 2025 dan 3 persen untuk tahun 2026, yang mencerminkan peningkatan rasio kredit bermasalah (NPL) dari anak perusahaan seperti Permodalan Nasional Madani (PNM).
Di sisi lain, PPOP BBRI tetap menunjukkan kinerja yang kuat dengan pertumbuhan tahunan sebesar 14,9 persen dalam sepuluh bulan pertama tahun 2024, mencapai Rp89,5 triliun.
Meskipun rasio margin bunga bersih (NIM) sedikit menurun menjadi 6,35 persen hingga bulan Oktober, RHB menilai bahwa BBRI masih mempertahankan efisiensi biaya operasional dengan rasio cost-to-income (CIR) yang berada di bawah angka tahun 2023.
Peningkatan rasio CASA menjadi 64,5 persen pada bulan Oktober dan stabilitas rasio pinjaman terhadap simpanan (LDR) di angka 90 persen menunjukkan pengelolaan likuiditas yang baik.
Sementara itu, menurut analis RHB, jadwal pembayaran dividen interim yang dijadwalkan pada bulan Desember menjadi faktor pendorong utama jangka pendek yang diperkirakan dapat meningkatkan minat investor terhadap saham ini.
Secara keseluruhan, dengan kombinasi valuasi yang menarik, kinerja yang solid, dan prospek dividen yang menjanjikan, BBRI tetap menjadi salah satu pilihan utama di sektor perbankan, meskipun terdapat penyesuaian dalam proyeksi pertumbuhan kreditnya.