REGULAR INVESTORS – Harga batu bara tetap tidak berubah dalam perdagangan kemarin. Komoditas ini masih menghadapi tantangan untuk keluar dari tren negatif.
Pada Kamis (21/11/2024), harga batu bara di pasar ICE Newcastle untuk kontrak pengiriman bulan ini ditutup pada level US$ 141,5 per ton, sama seperti hari sebelumnya.
Selama seminggu terakhir, harga batu bara juga tidak menunjukkan pergerakan yang signifikan, tetap stabil tanpa perubahan point-to-point. Dalam sebulan terakhir, harga mengalami penurunan sebesar 1,74%.
Sentimen negatif masih menghambat pergerakan harga batu bara, disebabkan oleh ancaman bahwa sumber energi fosil ini akan ditinggalkan seiring dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya pelestarian lingkungan.
Mengutip dari Bloomberg News, Presiden Prabowo Subianto menegaskan bahwa Indonesia memiliki rencana untuk menghentikan operasional seluruh pembangkit listrik tenaga batu bara dalam waktu 15 tahun ke depan. Selama periode tersebut, Indonesia juga berkomitmen untuk mengembangkan pembangkit energi baru dan terbarukan dengan kapasitas mencapai 75 gigawatt.
Prabowo menyatakan keyakinannya bahwa Indonesia dapat mencapai net zero emission pada tahun 2050, yang berarti 10 tahun lebih awal dari target yang ditetapkan sebelumnya.
Pernyataan ini disampaikan oleh Prabowo dalam konferensi tingkat tinggi G-20 di Brasil.
Namun, untuk mencapai target-target tersebut, tantangan yang dihadapi cukup besar. Saat ini, hampir 80% pasokan listrik di Indonesia berasal dari pembangkit batu bara dan gas alam, sementara pembangkit energi matahari dan angin baru dibangun dengan kapasitas kurang dari 1 gigawatt pada tahun lalu.
Secara teknis, dalam perspektif harian, batu bara masih berada dalam zona bullish. Hal ini terlihat dari nilai Relative Strength Index (RSI) yang mencapai 51,61.
RSI yang berada di atas 50 menunjukkan bahwa aset tersebut dalam kondisi bullish. Namun, nilai RSI batu bara hanya sedikit di atas 50, yang menunjukkan kecenderungan netral. Sementara itu, indikator Stochastic RSI berada di angka 5,69, yang jauh di bawah 20, menandakan kondisi jenuh jual (oversold) yang signifikan.
Dengan demikian, ada peluang bagi harga batu bara untuk mengalami kenaikan. Target resisten terdekat berada di US$ 144/ton, yang merupakan Moving Average (MA) 20. Jika level ini berhasil ditembus, target selanjutnya bisa mencapai US$ 145/ton.
Sementara itu, target paling optimis atau resisten terjauh adalah MA-200 di US$ 228/ton. Di sisi lain, target support terdekat berada di MA-100 di US$ 139/ton.
Cek Berita dan Artikel lain di Google News dan WA Channel