REGULAR INVESTORS – Manajemen PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) telah mengumumkan rencana strategis perusahaan untuk lima tahun ke depan, termasuk target untuk mencapai ekuitas positif dan rencana pembagian dividen.
Dalam laporan hasil public expose yang dipublikasikan melalui keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra, menyatakan bahwa fokus utama perusahaan saat ini adalah meraih keuntungan yang berkelanjutan serta memastikan efisiensi struktur biaya tanpa mengorbankan kualitas layanan yang diberikan.
Strategi perusahaan mencakup peningkatan efisiensi di berbagai sektor, termasuk reformasi teknologi dan pemanfaatan sumber daya secara optimal, ungkapnya pada Jumat (15/11/2024).
“Dalam penetapan harga, GIAA berupaya untuk tetap bersaing, namun juga berkomitmen untuk menjaga profitabilitas meskipun harus menghadapi batasan harga yang ditetapkan oleh pemerintah,” kata Irfan.
Irfan juga mengakui bahwa meskipun kas perusahaan sempat menurun setelah adanya injeksi dana dari pemerintah pada tahun 2022, GIAA kini lebih fokus pada perbaikan armada dan penyelesaian kewajiban pajak yang tertunda.
Perseroan saat ini mencatatkan arus kas operasional yang positif dengan EBITDA mencapai USD70-80 juta hingga September 2024. Dengan strategi ini, diharapkan kas perusahaan akan terus meningkat di masa mendatang.
GIAA optimis dapat mencapai ekuitas positif pada tahun depan. Pencapaian ekuitas positif sangat tergantung pada kesepakatan dengan seluruh lessor, di mana saat ini baru sekitar 10 persen lessor yang telah memberikan persetujuan. Meskipun demikian, tim akan berupaya semaksimal mungkin untuk mencapai target ekuitas positif secepatnya.
Irfan menambahkan bahwa rencana perseroan dalam tiga hingga lima tahun ke depan mencakup penambahan destinasi baru serta peningkatan frekuensi penerbangan untuk memenuhi permintaan yang tinggi, terutama di daerah seperti Balikpapan.
GIAA berencana untuk menambah jumlah pesawat, memperluas rute, dan meningkatkan kualitas layanan. Tujuan utama adalah mencapai pertumbuhan yang bertahap dan berkelanjutan guna menghindari risiko pertumbuhan yang tidak stabil, seperti yang diungkapkan oleh pihak perusahaan.
Perusahaan juga akan mempersiapkan langkah mitigasi untuk menghadapi tantangan besar di masa depan, seperti pandemi, agar tetap dapat bertahan tanpa bergantung pada bantuan eksternal.
Terkait dengan pembagian dividen, Irfan menyatakan bahwa saat ini GIAA belum dapat membagikan dividen karena ekuitas perusahaan masih dalam kondisi negatif.
“Untuk mencapai ekuitas yang positif, GIAA sangat bergantung pada kesepakatan dengan lessor. Jika semua pihak sepakat dengan skema ijaroh, yang merupakan perjanjian leasing syariah, diharapkan ekuitas akan segera positif, sehingga memungkinkan pembagian dividen kepada para pemegang saham,” tuturnya.
GIAA melaporkan pendapatan usaha sebesar USD2,56 miliar atau setara dengan Rp40,21 triliun pada kuartal III-2024. Angka ini mengalami peningkatan sebesar 15 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2023, yang tercatat sebesar USD2,23 miliar.
Namun, kerugian bersih perusahaan meningkat menjadi USD131,22 juta dalam sembilan bulan pertama tahun 2024, dibandingkan dengan kerugian USD75,85 juta pada periode yang sama tahun lalu. Hal ini disebabkan oleh peningkatan beban usaha yang mencapai USD2,38 miliar, naik dari USD1,99 miliar sebelumnya.
Di sisi lain, total ekuitas per 30 September 2024 tercatat negatif USD1,41 miliar, meningkat dibandingkan dengan posisi akhir tahun 2023 yang sebesar USD1,28 miliar. Total liabilitas mengalami penurunan menjadi USD7,92 miliar, sementara total aset menyusut menjadi USD6,51 miliar.
Cek Berita dan Artikel lain di Google News dan WA Channel