REGULAR-INVESTOR.COM – Kerugian yang dialami oleh maskapai pelat merah PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) semakin meningkat meskipun pendapatan mengalami kenaikan. Menurut laporan keuangan, GIAA mencatat pertumbuhan pendapatan usaha konsolidasi sebesar 16,99% dibandingkan tahun sebelumnya, mencapai US$2,02 miliar selama sembilan bulan pertama tahun ini.
Dari total pendapatan tersebut, US$291,15 juta diperoleh dari penerbangan berjadwal, yang menunjukkan peningkatan 6,16% secara tahunan. Sementara itu, penerbangan tidak berjadwal juga mengalami kenaikan sebesar 8,10% secara tahunan, mencapai US$253,94 juta.
Namun, total beban usaha Garuda Indonesia (GIAA) meningkat signifikan sebesar 19,60% dibandingkan tahun lalu, menjadi US$2,38 miliar. Salah satu faktor yang berkontribusi terhadap peningkatan beban usaha adalah kenaikan beban operasional yang tercatat meningkat 14% dibandingkan tahun sebelumnya, mencapai US$1,29 miliar.
Kondisi ini tidak dapat diimbangi meskipun kerugian akibat fluktuasi nilai tukar menurun 44% secara tahunan menjadi US$7,51 juta. Situasi semakin sulit karena Garuda Indonesia juga mengalami kenaikan beban keuangan sebesar 10,78% secara tahunan, mencapai US$374,33 juta.
Sebagai hasilnya, Garuda Indonesia mencatat kerugian bersih sebesar US$131,22 juta, yang setara dengan sekitar Rp2,06 triliun. Angka ini meningkat 81,29% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Meskipun mengalami kerugian, Garuda Indonesia berhasil mencatat pertumbuhan EBITDA yang meningkat hingga 11% pada periode kinerja hingga Kuartal III-2024, dengan total mencapai US$685,81 juta.
Capaian ini mencerminkan pertumbuhan EBITDA yang berkelanjutan setelah restrukturisasi, di mana hingga Kuartal III-2023, Garuda berhasil mencatatkan EBITDA sebesar US$616,37 juta.
Irfan Setiaputra, Direktur Utama Garuda Indonesia, menyatakan bahwa pertumbuhan dari sisi pendapatan tahun ini mencerminkan kinerja angkutan penumpang Garuda Indonesia secara keseluruhan. Hingga bulan September 2024, jumlah penumpang yang diangkut mencapai 17,73 juta, meningkat 24% dibandingkan tahun lalu (YoY). Dari jumlah tersebut, Garuda Indonesia (mainbrand) mengangkut 8,34 juta penumpang, mengalami kenaikan sebesar 45%, sedangkan Citilink mengangkut 9,39 juta penumpang, naik 10%.
Kinerja operasional Garuda Indonesia (mainbrand) menunjukkan pertumbuhan yang signifikan, dengan jumlah penumpang mencapai 8,34 juta. Angka ini mencerminkan peningkatan yang signifikan dibandingkan periode yang sama pada tahun 2023, di mana angkutan penumpang internasional meningkat sebesar 59% menjadi 1,87 juta penumpang. Sementara itu, penumpang domestik juga mengalami kenaikan hingga 41%, mencapai 6,47 juta penumpang,” ungkap Irfan.
Cek Berita dan Artikel lain di Google News dan WA Channel