Rugi Garuda Indonesia Membengkak 41% di Semester I-2025, Beban Operasional dan Pemeliharaan Jadi Sorotan
Garuda Indonesia Catat Rugi Bersih USD143,7 Juta di Semester I-2025
Maskapai nasional PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) melaporkan kenaikan rugi bersih sebesar 41% pada semester I-2025, mencapai USD143,7 juta atau sekitar Rp2,36 triliun. Angka ini meningkat signifikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar USD100 juta.
Laporan keuangan auditan yang dirilis pada Selasa, 23 September 2025, menunjukkan bahwa pendapatan usaha Garuda turun 4,5% menjadi USD1,55 miliar, dengan penurunan terjadi di seluruh segmen, termasuk penerbangan berjadwal yang menyumbang 76% dari total pendapatan.
Beban Operasional dan Pemeliharaan Dominasi Pengeluaran
Total beban usaha Garuda tercatat sebesar USD1,5 miliar, dengan dua komponen utama:
- Beban operasional penerbangan: USD765 juta
- Beban pemeliharaan dan perbaikan armada: USD319 juta
Kedua pos ini menyumbang 72% dari total beban usaha, menandakan tekanan berat pada struktur biaya maskapai. Selain itu, Garuda juga menanggung beban keuangan sebesar USD251 juta, yang turut memperburuk posisi laba bersih.
Kinerja Operasional: Jumlah Penumpang dan Kursi Meningkat
Meski secara finansial tertekan, dari sisi operasional Garuda menunjukkan sedikit perbaikan. Menurut Direktur Niaga Garuda Indonesia, Reza Aulia Hakim, maskapai berhasil melayani 5,37 juta penumpang selama Januari–Juni 2025, naik 104 ribu penumpang secara tahunan.
“Kapasitas kursi yang disediakan ikut meningkat 133 ribu menjadi 6,85 juta kursi,” ujar Reza.
Armada dan Rute: 58 Pesawat Layani 70 Rute
Hingga 30 Juni 2025, Garuda mengoperasikan 58 pesawat, terdiri dari:
- 40 pesawat berbadan sempit (narrow body)
- 18 pesawat berbadan lebar (wide body)
Maskapai melayani 70 rute, dengan rincian:
- 50 rute domestik
- 20 rute internasional
Pangsa Pasar Naik ke 11,2%, Masih Jauh dari Masa Keemasan
Reza memperkirakan pangsa pasar Garuda Indonesia mencapai 11,2% pada 2025, naik dari titik terendah 8,8% pada 2022, namun masih jauh dari posisi 2019 yang mencapai 19,1%.
Outlook: Efisiensi dan Restrukturisasi Jadi Kunci Pemulihan
Dengan tekanan pada pendapatan dan beban operasional yang tinggi, Garuda Indonesia perlu fokus pada:
- Efisiensi biaya operasional dan pemeliharaan
- Optimalisasi rute dan kapasitas pesawat
- Restrukturisasi keuangan dan utang
Langkah-langkah ini menjadi krusial untuk mengembalikan profitabilitas dan daya saing maskapai, terutama di tengah persaingan industri penerbangan yang semakin ketat.
Post Comment