YUPI Tunda Pembangunan Pabrik Baru di Nganjuk, Fokus Restrukturisasi dan Stabilitas Operasional
Pembangunan Pabrik YUPI di Nganjuk Resmi Ditunda
PT Yupi Indo Jelly Gum Tbk (YUPI), produsen permen jeli yang baru melantai di Bursa Efek Indonesia pada Maret 2025, mengumumkan penundaan rencana pembangunan pabrik baru di Nganjuk, Jawa Timur. Keputusan ini disampaikan dalam surat resmi kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) tertanggal 28 Agustus 2025.
Penundaan proyek ekspansi tersebut disebabkan oleh kendala perizinan lahan, khususnya terkait status hak tanah yang belum sepenuhnya sesuai peruntukan.
“Ada beberapa bidang tanah untuk pembangunan pabrik Nganjuk yang masih dalam proses balik nama dan konversi status hak,” tulis Manajemen YUPI dalam surat yang ditandatangani Direktur Utama Rusman Apan, Jumat (5/9/2025).
Kondisi Ekonomi Jadi Pertimbangan Strategis
Selain faktor teknis, YUPI juga mempertimbangkan kondisi ekonomi yang belum cukup kondusif sebagai alasan penundaan. Fokus utama perusahaan saat ini adalah perbaikan sistem internal dan restrukturisasi, bukan ekspansi besar.
“Manajemen menilai kondisi ekonomi saat ini belum cukup kondusif, sehingga fokus utama diarahkan pada perbaikan sistem yang dimiliki sekarang,” tulis manajemen.
Meski jadwal pembangunan mundur, YUPI memastikan tidak ada dampak signifikan terhadap operasional. Kapasitas produksi di pabrik Gunung Putri (Bogor) dan Karanganyar (Jawa Tengah) dinilai masih mencukupi kebutuhan pasar.
Proyek Ekspansi Belum Terealisasi Sejak IPO
Rencana pembangunan pabrik di Nganjuk sejatinya telah diumumkan sejak IPO YUPI pada Maret 2025, di mana perusahaan mengalokasikan dana jumbo untuk ekspansi. Namun, hingga semester I-2025, realisasi proyek belum berjalan, memicu pertanyaan dari investor dan regulator.
Sorotan Dividen Jumbo: Rp1,6 Triliun, Separuh dari Pinjaman
Penundaan proyek ini juga berkaitan dengan sorotan terhadap pembagian dividen jumbo senilai Rp1,6 triliun pada Juli 2025. Dalam penjelasan kepada BEI, YUPI mengungkap bahwa Rp800 miliar dari dividen tersebut berasal dari pinjaman eksternal.
“Dasar pembayaran dividen tunai berasal dari retained earnings laporan keuangan 31 Desember,” tulis manajemen YUPI dalam surat balasan kepada BEI, Kamis (4/9/2025).
Meski berasal dari dana eksternal, manajemen mengklaim bahwa solvabilitas perusahaan tetap terjaga, dengan total aset per Desember 2024 mencapai Rp2,67 triliun, terdiri dari:
- Aset lancar: Rp1,34 triliun
- Aset tidak lancar: Rp1,27 triliun
Namun, YUPI juga mencatat utang usaha jangka pendek sebesar Rp238,18 miliar per semester I-2025, yang belum dilunasi meski perusahaan menarik pinjaman untuk dividen.
Komitmen Pasca IPO: Dividen dan Ekspansi, Tapi Realisasi Tertunda
Dalam prospektus IPO, YUPI menjanjikan:
- Pembagian dividen hingga 80% dari laba bersih
- Ekspansi melalui pembangunan pabrik baru
Namun, dengan penundaan proyek Nganjuk dan sorotan atas sumber dana dividen, investor kini menantikan kejelasan strategi jangka menengah YUPI dalam menjaga pertumbuhan dan kesehatan keuangan.
Post Comment