
Penurunan Drastis Saham MENN: Transaksi Mencurigakan dan Klarifikasi Manajemen
Penurunan Drastis Saham MENN
Menurut data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), pada pukul 10.35 WIB, saham MENN mengalami penurunan drastis sebesar 10,00 persen, mencapai level Rp45 per saham, yang merupakan batas auto rejection bawah (ARB). Total nilai transaksi tercatat mencapai Rp155,58 juta, dengan antrean jual sebanyak 3,21 juta lot di harga ARB, yaitu Rp45 per unit, yang setara dengan Rp14,49 miliar.
Saham MENN sebelumnya diperdagangkan pada harga Rp8 per unit pada pertengahan 2024, dan mengalami lonjakan hingga 10 persen atau mencapai batas auto rejection atas (ARA) untuk saham Papan Akselerasi selama beberapa hari dari 19 Februari 2025 hingga intraday 25 Februari 2025, seiring dengan kabar mengenai pengambilalihan saham pengendali.
Spekulasi Backdoor Listing
Investor berspekulasi bahwa saham MENN akan terlibat dalam narasi backdoor listing, mirip dengan beberapa saham lainnya baru-baru ini, seperti LABA dan PACK. Backdoor listing adalah proses di mana perusahaan swasta memasuki pasar modal dengan cara mengakuisisi atau bergabung dengan perusahaan publik yang sudah terdaftar, bukan melalui penawaran umum perdana (IPO).
Perdagangan Saham MENN pada Selasa (25/2/2025)
Pada perdagangan Selasa (25/2/2025), saham MENN sempat mencapai level tertinggi Rp66 per saham sebelum mengalami penurunan tajam sekitar 30 menit sebelum penutupan pasar pada pukul 15.30 WIB, dan akhirnya ditutup melemah 8,33 persen. Nilai transaksi saham MENN pada hari itu cukup mencolok, mencapai Rp122,72 miliar, melebihi kapitalisasi pasar perusahaan yang hanya Rp79 miliar.
Baca Juga : PT Bank OCBC NISP Tbk Targetkan Pertumbuhan DPK 13% pada 2025
Baca Juga : Prospek Bisnis Saham PYFA 2025: Akselerasi Pertumbuhan dan Inovasi Strategis
Investor yang menggunakan broker MNC Sekuritas (kode: EP) tercatat melakukan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp63,7 miliar, yang setara dengan separuh dari total nilai transaksi di pasar reguler.
Klarifikasi dari Manajemen MENN
Manajemen MENN telah memberikan tanggapan atas permintaan klarifikasi dari Bursa Efek Indonesia (BEI) mengenai transaksi pengambilalihan 70 persen saham perusahaan di pasar negosiasi. Sesuai dengan surat yang diterima dari BEI pada 19 Februari 2025, dalam keterbukaan informasi yang dirilis pada 25 Februari 2025, MENN mengonfirmasi bahwa transaksi ini mengakibatkan perubahan pada pemegang saham pengendali.
Sebanyak 1.003.921.600 saham, yang merupakan 70 persen dari total saham yang terdaftar, telah dialihkan dari pemegang saham sebelumnya—Michael Halim Mulyanto, Edrick Pramana, dan Dr. Ir. Agus Mulyanto—kepada lima perusahaan, yaitu PT Penajam Makmur Jaya, PT Negara Maju Makmur, PT Sarjana Sama Indah, PT Kalimantan Sejahtera Indonesia, dan PT Kalimantan Indah Kedepan.
Selanjutnya, manajemen MENN menegaskan bahwa transaksi ini akan diikuti dengan kewajiban tender offer sesuai dengan ketentuan POJK 9/2018. Mereka juga menyatakan bahwa para pembeli saham bukan merupakan pihak yang terafiliasi dengan perusahaan. “Pembeli saham adalah pihak yang tidak terafiliasi dengan Perseroan,” ungkap manajemen MENN.
Walaupun terjadi perubahan kepemilikan, MENN menekankan bahwa transaksi ini tidak berkaitan dengan rencana akuisisi, merger, atau perubahan strategi perusahaan. “Tujuan dari transaksi ini tidak berhubungan dengan strategi ekspansi, restrukturisasi, atau aksi korporasi lainnya, melainkan hanya merupakan pengambilalihan saham pengendali Perseroan,” demikian pernyataan dari manajemen MENN.
Lebih lanjut, MENN menyatakan bahwa tidak ada dampak terhadap operasional bisnis, kebijakan perusahaan, maupun kepentingan pemegang saham publik. Sebagai langkah selanjutnya, MENN akan mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) untuk membahas perubahan dalam struktur manajemen dan dewan direksi.
Di sisi lain, perusahaan menyampaikan bahwa saat ini belum memiliki rencana aksi korporasi dalam 12 bulan ke depan. Mereka akan tetap fokus pada operasional yang ada serta menjaga stabilitas keuangan untuk mencegah terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK).