
Lonjakan Saham AKRA: Naik Signifikan di Tengah Isu Korupsi Pertamina?
Saham AKRA Melonjak di Tengah Kasus Dugaan Korupsi Pertamina
Pada pagi hari Kamis (27/2/2025), saham PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), yang bergerak sebagai distributor bahan bakar minyak (BBM), mengalami lonjakan signifikan.
Lonjakan Saham AKRA
Menurut data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), pada pukul 10.06 WIB, saham AKRA meningkat sebesar 7,88 persen menjadi Rp1.300 per saham, dengan total nilai transaksi mencapai Rp28,15 miliar.
“Tidak ada faktor pendorong yang signifikan dari tindakan manajemen perusahaan,” kata Michael Yeoh, seorang pengamat pasar modal.
Dugaan Manipulasi Pertalite Jadi Pertamax
Michael menjelaskan bahwa kasus dugaan manipulasi Pertalite menjadi Pertamax oleh Pertamina dapat memengaruhi reaksi pasar.
“Ada kemungkinan pergerakan pasar akan terpengaruh oleh kasus minyak oplosan Pertamina yang memanipulasi Pertalite menjadi Pertamax,” ungkap Michael dikutip dari IDXChannel.com, Kamis (27/2/2025).
Analisis Teknikal Saham AKRA
Lebih lanjut, Michael menambahkan bahwa secara teknikal, saham AKRA menunjukkan pola double bottom reversal dengan target harga di level 1.500. Resistance terletak pada garis moving average (MA) 200-hari di level 1.410, sedangkan neckline yang juga berfungsi sebagai area support berada di 1.250.
Sentimen Positif dan Kerja Sama BP-AKR
AKRA berpotensi mendapatkan sentimen positif sebagai salah satu pemain swasta dalam industri BBM. Perusahaan ini, bersama dengan BP, telah membentuk usaha patungan (joint venture) pada tahun 2017 di bawah nama PT Aneka Petroindo Raya (APR), yang beroperasi dengan merek BP-AKR Fuels Retail. Bersama Vivo Energy dan Shell, BP-AKR menjadi pesaing SPBU Pertamina di Indonesia.
Kasus Korupsi Pertamina: Dua Tersangka Baru
Sebelumnya, Kejaksaan Agung (Kejagung) telah menetapkan dua tersangka baru dalam kasus dugaan korupsi terkait pengelolaan minyak mentah dan produk kilang PT Pertamina (Persero). Dengan demikian, total tersangka dalam kasus ini menjadi sembilan orang.
Kedua tersangka tersebut adalah Direktur Pemasaran Pusat dan Niaga PT Pertamina Patra Niaga, Maya Kusmaya (MK), dan VP Trading Operation PT Pertamina Patra Niaga, Edward Corne (EC).
“Sampai saat ini, setelah penahanan tujuh tersangka, telah dilakukan pemeriksaan terhadap dua orang saksi,” kata Direktur Penyidikan (Dirdik) Jaksa Agung Muda.
Bukti Keterlibatan dalam Tindak Pidana Korupsi
Kedua individu tersebut terbukti terlibat dalam tindak pidana korupsi bersama dengan tersangka lainnya. Akibatnya, status mereka diubah dari saksi menjadi tersangka, dan dilakukan pemeriksaan ulang. Penyidik menemukan bukti yang cukup bahwa kedua tersangka terlibat dalam tindak pidana secara bersama-sama dengan tujuh tersangka yang telah ditetapkan sebelumnya, ungkapnya.
Baca Juga : Apple Bangun Pusat R&D Pertama di Asia: Indonesia Jadi Pusat Inovasi Teknologi
Baca Juga : Goldman Sachs: Perkirakan Rupiah Jadi yang Terburuk di Asia
Kepala Pusat Penerangan Hukum (Kapuspenkum) Kejaksaan Agung, Harli Siregar, menyatakan bahwa keduanya memiliki peran dalam tindak pidana korupsi yang melibatkan tujuh orang yang telah ditetapkan sebagai tersangka sebelumnya.
Pembelian dan Pengoplosan BBM
“Tersangka MK dan Tersangka EC, dengan persetujuan Tersangka RS (Riva Siahaan), melakukan pembelian RON 90 atau lebih rendah dengan harga RON 92, yang mengakibatkan pembayaran impor produk kilang dengan harga tinggi yang tidak sesuai dengan kualitas barang,” jelasnya.
Harli menambahkan bahwa MK memberikan perintah dan persetujuan kepada EC untuk melakukan pengoplosan pada kilang jenis Research Octane Number (RON) 88, yang kemudian dijual dengan harga RON 92 atau pertamax.
RON 88 adalah angka oktan dari bensin Premium yang telah dilarang beredar di Indonesia sejak 1 Januari 2023, dan pemerintah telah menetapkan perubahan jenis bensin menjadi BBM khusus penugasan (JBKP) jenis bensin RON 90 atau pertalite.
“Hal ini bertentangan dengan proses pengadaan produk kilang dan inti bisnis PT Pertamina Patra Niaga,” tambahnya.
Pertamina Menyangkal Oplos BBM
Manajemen Pertamina menolak isu mengenai pengoplosan bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite menjadi Pertamax.
“Kami pastikan bahwa operasional Pertamina saat ini berjalan lancar, dan terus mengoptimalkan layanan serta menjaga kualitas produk BBM kepada masyarakat,” kata Simon.
Soal kasus dugaan korupsi tata kelola minyak mentah dan produk kilang periode 2018-2023, Simon menyebut Pertamina menghormati proses penyidikan yang dilakukan oleh Kejagung.