Pusat layanan kesehatan di perbatasan Thailand-Myanmar telah menerima perintah untuk ditutup. Penutupan ini menimbulkan risiko bagi puluhan ribu pengungsi dari Myanmar yang bergantung pada klinik tersebut untuk perawatan medis.
Alasan Penutupan
Menurut laporan Reuters pada Rabu (29/1/2025), keputusan penutupan ini muncul setelah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menghentikan sebagian besar bantuan luar negeri pekan lalu. Komite Penyelamatan Internasional (IRC), yang mendanai klinik tersebut dengan dukungan dari AS, telah menginstruksikan agar fasilitas itu ditutup paling lambat pada hari Jumat, 31 Januari.
Dampak Terhadap Pengungsi
Bweh Say, seorang anggota komite pengungsi di kamp Mae La, yang terletak di distrik Tha Song Yang, bersama seorang guru sekolah setempat, mengungkapkan bahwa IRC telah memulangkan sejumlah pasien. Mereka juga menghentikan penggunaan peralatan dan obat-obatan bagi wanita hamil serta pasien yang memerlukan tabung oksigen. Biasanya, rumah sakit tersebut menangani sekitar 100 pasien rawat jalan setiap harinya. Namun, saat ini tidak ada lagi, ujar guru tersebut.
Infrastruktur yang Terdampak
Selain itu, mereka menyatakan bahwa sistem distribusi air dan pengelolaan limbah di kamp, yang juga mendapatkan bantuan dari organisasi tersebut, turut terpengaruh. Kerabat dari beberapa pasien yang dipulangkan berusaha mencari tabung oksigen untuk dibawa pulang, menurut Bweh Say.
Kondisi Pasien
Sekitar 50 pasien telah dipulangkan. Sementara itu, beberapa pasien dengan kondisi serius masih dirawat di rumah sakit Mae La. Termasuk seorang anak yang baru saja menjalani operasi jantung, kata guru sekolah tersebut, yang meminta namanya tidak disebutkan karena tidak memiliki izin untuk berbicara di depan umum.
Baca Juga : Rusia Menanggapi Penghentian Aliran Gas oleh Ukraina: Dampak pada Eropa dan Keuntungan bagi AS
Respon Pemerintah dan Organisasi Terkait
Chucheep Pongchai, gubernur provinsi Tak, menyampaikan kepada media Thailand bahwa pasien dengan kondisi paling parah akan dirujuk ke rumah sakit pemerintah setempat. Ia juga menambahkan bahwa para pejabat telah meminta IRC untuk memanfaatkan peralatan yang mereka miliki.
Latar Belakang Penutupan
Minggu lalu, Trump menghentikan bantuan pembangunan dari Badan Pembangunan Internasional AS selama 90 hari. Langkah ini untuk mengevaluasi kesesuaian dengan kebijakan “America First” yang diterapkannya. Pembekuan ini telah menyebabkan kekacauan dalam sektor bantuan global, yang sebagian besar didanai oleh AS.
Dampak dari penangguhan bantuan kemanusiaan yang vital selama periode 90 hari yang diumumkan oleh Departemen Luar Negeri pada hari Selasa masih belum jelas. Begitu pula jumlah pusat di sembilan kamp yang menampung sekitar 100.000 orang yang terpengaruh.
Nai Aue Mon, direktur program Yayasan Hak Asasi Manusia Monland (HURFOM), sebuah organisasi berbasis masyarakat di Myanmar selatan, menyatakan bahwa ada kekhawatiran yang meningkat mengenai pemenuhan kebutuhan perawatan kesehatan dasar di kamp-kamp tersebut.
“Ini sangat mengkhawatirkan karena para pengungsi ini sepenuhnya bergantung pada bantuan ini untuk mendapatkan layanan kesehatan sehari-hari,” ujarnya.
Keputusan penutupan ini menimbulkan kekhawatiran besar bagi para pengungsi yang sangat bergantung pada klinik ini untuk perawatan medis. Apakah ada solusi yang dapat diambil untuk membantu mereka? Berikan pendapatmu di kolom komentar di bawah!