REGULAR INVESTORS – Pada Kamis, 5 Desember 2024, PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) secara resmi terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Harga saham AADI melonjak sebesar 19,82 persen pada hari peluncuran perdana, mencapai Rp6.650, dan kenaikan ini bertahan hingga akhir sesi perdagangan.
Pertimbangan Investasi Jangka Panjang pada AADI
Di tengah antusiasme terkait potensi trading jangka pendek pada saham AADI, Analis Stockbit Sekuritas, Hendriko Gani, menyarankan investor untuk mempertimbangkan faktor fundamental bagi investasi jangka panjang, khususnya terkait yield dividen. Diperkirakan laba bersih AADI pada tahun 2025 akan menurun menjadi USD934 juta, turun 27,5 persen dibandingkan tahun sebelumnya akibat hilangnya keuntungan satu kali dari penjualan anak perusahaan. Namun, laba inti hanya mengalami penurunan sebesar 3,2 persen.
Potensi Kenaikan Saham AADI
Meskipun demikian, dengan valuasi IPO yang rendah, AADI diproyeksikan memiliki potensi kenaikan signifikan dengan kemungkinan re-rating menjadi 5x P/E FY25F, mencapai Rp9.650 per saham, yang berarti kenaikan sebesar 74 persen dari harga IPO. Valuasi ini dianggap wajar dan konservatif, lebih rendah dibandingkan rata-rata P/E historis lima tahun dari perusahaan induknya, PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO), yang berada di level 6,9x P/E. Valuasi ini juga sejalan dengan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) yang memiliki P/E FY25F sebesar 7,3x dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) di 4,8x P/E FY25F.
Proyeksi Harga Saham dan Dividen
Apabila AADI dapat mencapai re-rating hingga rata-rata P/E historis lima tahun ADRO (6,9x) dan mendekati valuasi PTBA di sekitar 7x P/E, harga sahamnya diproyeksikan mencapai Rp13.525 per saham, atau naik 144 persen dari harga IPO. Proyeksi harga batu bara yang diperkirakan stabil turut mendukung potensi re-rating AADI, terutama dengan prospek dividen tahun buku 2025 yang diperkirakan mencapai Rp966 per saham. Angka ini menunjukkan dividend yield sebesar 17 persen berdasarkan harga saham AADI saat IPO.
Rencana Dividend Payout Ratio (DPR)
Estimasi dividen tersebut didasarkan pada asumsi dividend payout ratio (DPR) sebesar 50 persen, yang merupakan rata-rata DPR ADRO dalam tiga tahun terakhir. Yield dividen ini lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan batu bara besar lainnya, seperti ITMG dan PTBA. Meskipun manajemen AADI menyatakan dalam prospektus bahwa mereka berencana membagikan dividen dengan DPR hingga 45 persen, Hendriko berpendapat bahwa asumsi DPR sebesar 50 persen tidak terlalu agresif, mengingat perusahaan belum memiliki rencana belanja modal signifikan dalam waktu dekat.
Potensi Pengembangan Tambang
Dengan dividend payout ratio 50 persen dan tingkat laba bersih tahunan yang dihasilkan perusahaan, AADI dinilai masih memiliki cukup dana jika memutuskan untuk mengembangkan dua tambang batu bara mereka, yaitu Pari Coal dan Ratah Coal.