Jakarta – Menteri Keuangan Sri Mulyani satu di antaranya pada antara tokoh yang digunakan diundang Presiden terpilih Prabowo Subianto untuk ditawari jabatan menteri di pemerintahan mendatang. Sri Mulyani datang ke kediaman Prabowo Subianto ke Jalan Kertanegara Nomor 4, Kebayoran Baru, Ibukota Indonesia Selatan, Mulai Pekan malam, 14 Oktober 2024. Ia tiba pada pukul 19.31.
Sebelumnya, Prabowo Subianto memanggil 49 calon menteri untuk datang ke kediamannya Kertanegara, DKI Jakarta Selatan, pada Senin, 14 Oktober 2024. Dari jumlah agregat tersebut, nyaris separuh dalam antaranya adalah menteri maupun pejabat kementerian dalam Kabinet Indonesi Maju pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
“Kemarin sudah ada melakukan penandatanganan kesediaan membantu tapi finalisasinya hari ini,” kata Ketua Harian Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad pada Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin, 14 Oktober 2024, diambil Antara.
Lantas, apa hanya hasil pertandingan Sri Mulyani lalu Prabowo pada Kertanegara?
Sri Mulyani Indrawati mengaku diminta oleh Prabowo Subianto untuk berubah menjadi bendahara negara kembali. Pengakuan itu disampaikannya usai menemui Prabowo di Jalan Kertanegara IV, Kebayoran Baru, Ibukota Indonesia Selatan, Awal Minggu malam, 14 Oktober 2024.
“Jadi kita diskusi cukup lama dan juga panjang selama ini dengan beliau. Dan oleh oleh sebab itu itu, pada ketika menyusun kabinet, beliau memohon saya untuk menjadi menteri keuangan kembali,” kata Sri Mulyani untuk awak pers.
Dalam pertemuannya dengan Prabowo, Sri Mulyani menyampaikan mendapatkan beberapa pesan, khususnya mengenai prioritas-prioritas pemerintahan ke depan. Beberapa hal yang dibahas di dalam antaranya adalah anggaran pendapatan serta belanja negara (APBN), penguatan Kemenkeu, belanja negara, dan juga pengelolaan penerimaan negara, di antaranya pajak.
“Beliau sangat perhatian bagaimana dampak APBN untuk masyarakat. Itu berubah jadi tekanan beliau,” ucap Sri Mulyani.
Dalam kesempatan tersebut, Sri Mulyani mengungkapkan bahwa pendapatan negara pada 2025 diperkirakan mencapai Rupiah 3.005,1 triliun, yang digunakan didukung oleh penerimaan pajak sebesar Rupiah 2.490,9 triliun serta penerimaan negara bukanlah pajak (PNBP) sebesar Simbol Rupiah 513,6 triliun.
“Ini adalah untuk pertama kali pendapatan negara mencapai juga menembus lebih banyak dari Simbol Rupiah 3.000 triliun,” ujar Sri Mulyani di keterangannya, yang mana diambil dari laman resmi Kemenkeu.
Saat ditanya apakah ia menerima permintaan Prabowo untuk jadi Menkeu lagi, Sri Mulyani tak menjawabnya secara gamblang. Namun, ia memaparkan siap membantu pemerintahan Prabowo ke depannya.
“Tadi kami membicarakan langkah untuk meningkatkan kekuatan Kementerian Keuangan untuk bisa saja menyokong program-program beliau,” ujarnya.
Selain Sri Mulyani, terdapat beberapa nama menteri era Jokowi yang mana juga datang menemui Prabowo. Mereka pada antaranya Bahlil Lahadalia, Zulkifli Hasan, Erick Thohir, Agus Gumiwang Kartasasmita, Airlangga Hartarto, hingga menteri yang tersebut dipercaya jadi tangan kanan Jokowi, Pratikno.
Sri Mulyani sendiri telah menjabat sebagai Menteri Keuangan ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono merombak kabinet. Ia dipilih menggantikan Jusuf Anwar pada 5 Desember 2005. Ia kemudian mundur sebagai Menkeu oleh sebab itu ditunjuk bermetamorfosis menjadi salah satu dari tiga Direktur Pelaksana Bank Bumi pada Mei 2010.
Pada Juli 2016, Sri Mulyani kembali ke Tanah Air juga berubah menjadi Menteri Keuangan menggantikan Bambang Brodjonegoro. Pada periode kedua pemerintahan Presiden Jokowi (2019-2024), ia kembali didapuk sebagai bendahara negara. Ia dinobatkan sebagai Menteri Keuangan terbaik Asia 2006 oleh Emerging Markets pada 18 September 2006.
Artikel ini disadur dari Jelang Pelantikan Presiden: Hasil-hasil Pertemuan Sri Mulyani dan Prabowo di Kertanegara