JAKARTA – Demi terwujudnya bioethanol sebagai material bakar nabati (BBN) , otoritas diharapkan tidak ada hanya sekali fokus pada tebu. Sebab menurut pengamat pertanian Asosiasi Perekonomian Politik Tanah Air (AEPI) Khudori, berbagai substansi baku yang tersebut sanggup diolah berubah jadi ethanol sebagai bauran dari bioethanol .
Selain itu, kata Khudori, pemanfaatan bermacam substansi baku juga dapat mengatasi irisan kepentingan antara BBN (fuel) serta lapangan usaha pangan. ”Harus dikembangkan dari beragam unsur baku. Selain tebu, ethanol juga mampu dihasilkan dari stevia seperti di Brasil. Selain itu juga mampu dari aren, sawit, dan juga sebagainya,” ujar Khudori untuk media, Selasa (15/10/2024).
Khudori sependapat, pengembangan bioethanol sebagai BBN memang benar harus didorong. Terutama, untuk mendirikan kemandirian energi demi memperkuat peningkatan perekonomian nasional, memperbaiki neraca perdagangan, juga menggalang target Net Zero Emission (NZE) pada 2060.
Hanya saja, jelasnya, guna memacu pengembangan bioethanol sebagai BBN, memang benar selayaknya dikerjakan melalui beragam sumber. Sebab apabila hanya saja fokus pada satu material baku saja, seperti tebu, akan terkendala pada pasokan yang digunakan sangat terbatas.
Hanya itu? Tentu cuma tidak. Tak kalah penting, akibat pada waktu ini pengaplikasian tetes tebu juga dimanfaatkan untuk pangan seperti penyedap masakan, alkohol, dan juga bahkan kosmetik.
”Kalau cuma mengandalkan tebu, akan ada kompetisi dengan lapangan usaha lain. Karena semua tetes produksi swasta dan juga juga PTPN III, selama ini sudah ada digunakan untuk unsur baku lapangan usaha pangan seperti bumbu masak, alkohol, juga kosmetik. Apakah mungkin saja industri-industri yang dimaksud tidak ada lagi menggunakan tetes? Sepertinya tidak,” lanjut Khudori.
Begitu pula dengan target produksi ethanol 1,24 jt kiloliter pada 2030 seperti diamanahkan Perpres Nomor 40 Tahun 2023 pun, sebenarnya diperkirakan masih berubah jadi ranah persaingan antara BBN serta bidang lain.
Itu sebabnya, jelas Khudori, pemanfaatan bervariasi substansi baku, diharapkan bisa saja berubah menjadi solusi dari kompetisi yang dimaksud dan juga memperlancar kegiatan bioethanol sebagai BBN. Selain mengatasi kompetisi dengan bidang lain, pemakaian bermacam substansi baku diperlukan dijalankan oleh sebab itu pengembangan bioethanol memang sebenarnya tak sederhana.
”Untuk tebu misalnya, serangkaian dari membuka lahan hingga ditanami tebu kemudian memunculkan gula juga relatif bukan sebentar. Bisa lima atau bahkan delapan tahun. Apalagi dengan perluasan 700.000 hektar, pabrik gula yang mana dibutuhkan juga berbagai sekali,” ujar Khudori.
Kondisi demikian yang menurut Khudori, menghasilkan Tanah Air belum pernah mencapai swasembada gula. Padahal, lanjutnya, ketersediaan tetes atau molase sebagai material baku bioetanol, sangat tergantung dengan keberhasilan swasembada gula tersebut. ”Apalagi, jikalau harus mengejar target 1,2 jt kiloliter etanol dalam 2030,” imbuhnya.
Artikel ini disadur dari Mendorong Pengembangan Bioethanol dari Sumber Selain Tebu