
Efisiensi Anggaran dan Dampaknya pada Okupansi Pesawat
Efisiensi anggaran yang diterapkan di Kementerian dan Lembaga diperkirakan akan mempengaruhi tingkat okupansi pesawat. Gatot Rahardjo, seorang pengamat penerbangan dan analis independen bisnis penerbangan nasional, memperkirakan bahwa okupansi pesawat akan mengalami penurunan sekitar 10-20 persen akibat berkurangnya perjalanan dinas yang dilakukan oleh Aparatur Sipil Negara (ASN).
Penurunan Perjalanan Dinas dan Dampak Survei APJAPI
Menurut survei yang dilakukan oleh Asosiasi Pengguna Jasa Penerbangan Indonesia (APJAPI) pada tahun 2024, sekitar 29,7 persen penumpang pesawat melakukan perjalanan untuk keperluan dinas atau rapat kerja. Segmen ini diperkirakan akan terpengaruh oleh pemangkasan anggaran perjalanan dinas instansi pemerintah yang mencapai 53,9 persen.
“Jadi, kemungkinan besar akan ada pengurangan okupansi pesawat sekitar 10-20 persen,” ungkap Gatot saat dihubungi pada Senin (10/2/2025).
Prediksi Okupansi Pesawat Kuartal II-2025
Fenomena penurunan okupansi penumpang pesawat diperkirakan akan mulai terlihat pada Kuartal II-2025, atau sekitar bulan April, karena perjalanan dinas biasanya masih jarang dilakukan di awal tahun. “Namun, terkait efisiensi ini, tidak semua perjalanan dinas dapat dipangkas. Ada perjalanan dinas yang tetap harus dilaksanakan. Mengingat Indonesia adalah negara kepulauan yang luas, transportasi udara tetap menjadi pilihan utama,” tambahnya.
Dampak pada Iklim Investasi Sektor Penerbangan
Gatot mengungkapkan bahwa penurunan okupansi ini menciptakan persepsi negatif terhadap iklim investasi di sektor penerbangan di Indonesia. Penurunan jumlah penumpang secara langsung berdampak pada penurunan pendapatan bagi maskapai dan bandara. Menurutnya, kondisi ini mendorong maskapai untuk mencari solusi guna menutupi biaya operasional agar tidak mengalami kerugian. Setidaknya, terdapat dua langkah yang mungkin diambil oleh maskapai, yaitu mengurangi frekuensi penerbangan atau meningkatkan tarif tiket pesawat.
“Ini adalah beberapa strategi yang dapat diambil agar pendapatan maskapai dapat menutupi biaya yang dikeluarkan, sehingga tidak mengalami kerugian. Saat ini, sudah banyak bandara yang mengalami penurunan dalam jumlah penerbangan,” ujarnya.