Jakarta – Calon Kepala daerah Ibukota Indonesia Dharma Pongrekun mengklaim manipulasi iklim sebagai penggerak polusi udara di dalam Jakarta.
“Apa yang terjadi? Inilah namanya climate manipulation. Cuaca yang mana dimanipulasi. Tolong lihat ke atas, mana ada awan?” kata Dharma terhadap awak media ketika ditemui pada kawasan Johar Baru, Ibukota Pusat, pada Jumat, 1 November 2024. Manipulasi iklim ini, kata dia, merupakan jadwal terselubung untuk mengupayakan warga beralih ke kendaraan listrik.
Dharma enggan menjawab saat ditanya siapa yang mana melakukan manipulasi iklim tersebut. Dia pun berjanji akan membongkar informasinya apabila terpilih sebagai gubernur.
Calon gubernur nomor urut 2 dalam pemilihan gubernur DKI Jakarta itu itu menyinggung keberadaan pesawat-pesawat yang digunakan menyiramkan zat kimia dari melawan Ibu Kota.
“Namanya chemtrail,” kata Dharma. Namun, ia tiada mau mengelaborasi lebih lanjut lanjut fenomen chemtrail yang diklaimnya sebagai penggerak polusi udara.
Berdasarkan penelusuran Cek Fakta Tempo, chemtrail merupakan teori konspirasi yang tersebut berprogres pada 2022. Teori konspirasi ini muncul dari video TikTok yang digunakan memuat narasi bahwa varian Omicron sengaja disebar melalui jejak asap pesawat atau chemtrail.
Chemtrail dipahami sebagai garis-garis asap putih yang mana ditinggalkan pesawat jet pada waktu melintas dalam udara. Hal itu terjadi akibat partikel dari penyaring knalpot mesin pesawat menghasilkan kembali uap air. Lalu mengembun di sekitar pesawat serta membentuk partikel es pada udara.
Plt Deputi Lingkup Klimatologi BMKG, Urip Haryoko menyatakan chemtrail sebagai teori konspirasi. “Isu chemtrails masih diklasifikasi sebagai teori konspirasi,” ujar Urip di penjelasan tertulisnya yang mana dikutipkan Tempo, Jumat, 18 Februari 2022.
Berdasarkan laporan Majalah Tempo edisi 20 Agustus 2023, penyebab utama polusi DKI Jakarta adalah pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara yang digunakan berada pada sekitar Jakarta, seperti Jawa Barat serta Banten. “Jakarta dikepung bidang lalu pembangkit,” ucap pendiri Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA), Lauri Myllyvirta, untuk Tempo, Rabu, 16 Agustus 2023.
Artikel ini disadur dari Dharma Pongrekun: Polusi Udara Jakarta Terjadi karena Manipulasi Iklim